Al-Qur'an Dan Dimensi Waktu Seri II
Ruang dan waktu adalah multi dimensi. Dan surga
dan neraka benar-benar ada sebagai tempat, dan bukan hanya keadaan, di
alam ruang dan waktu selain dari yang sekarang kita tinggali ini. Dalam
tema yang penting ini, kami berusaha menjelaskan waktu dengan harapan
semoga dapat mendorong kaum yang ragu dengan keberadaan alam spiritual,
surga, dan neraka agar memeriksa kembali pandangan mereka mengenai
subjek waktu ini.
Allah Maha Tinggi telah menyatakan bahwa Dia
telah menciptakan bumi dan seisinya dalam dua hari, sedangkan bumi dan
samawat dalam enam hari. Waktu ini bukan ‘hari’ harfiah seperti yang
kita pahami, karena ‘hari’ harfiah tersebut hanya ada setelah penciptaan
samawat dan bumi.
“Katakanlah: Apakah kamu mengingkari Dia yang menciptakan bumi dalam dua hari? Dan kamu adakan sekutu-sekutu yang setara dengan-Nya? Dialah Tuhan (seluruh) alam-alam/ semesta alam.”
(Al-Qur’an, Surah Fussilat, 41: 9)
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan samawat dan bumi dalam enam Hari, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy (Tahta Kekuasaan) mengatur dan memerintah segala sesuatu. Tiada seorang pun yang dapat memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. Inilah Allah, Tuhan kamu, kamu seharusnya mengabdi kepada-Nya. Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”
(Al-Qur’an, Yunus, 10: 3)
Bahwa ada lebih banyak
‘waktu’ daripada waktu harfiah yang kita pahami juga jelas ada dalam
sabda Nabi (shollallahu ‘alaihi wasallam):
“Dari Abu Dzar: Aku bertanya, wahai Rasulullah! Masjid mana yang pertama kali dibangun di muka bumi? Dia menjawab, al-Masjid al-Haram (di Mekah). (Kemudian) aku bertanya, lalu masjid mana yang dibangun setelah itu? Dia menjawab, al-Masjid al-Aqsa (di Jerusalem). (kemudian) aku bertanya, berapa lama waktu yang berlalu antara pembangunan kedua masjid itu? Dia bersabda, empat puluh tahun. Dia menambahkan, di mana pun (kamu berada dan) waktu solat telah datang, dirikanlah solat di sana karena hal terbaik adalah melakukan yang demikian (melakukan solat di awal waktu).”
(Sahih Bukhari)
Jika kita memahami ‘waktu’ (empat
puluh tahun) dalam hadits ini secara harfiah, maka hadits tersebut
sangat salah. Hadits tersebut memerlukan sedikit renungan bagi seseorang
untuk memahami bahwa Rasulullah (shollallahu ‘alayhi wa sallam) dalam
haditsnya tidak bermaksud bahwa satu ‘tahun’ dalam arti dua belas kali
waktu peredaran bulan mengelilingi bumi. Jika kita membahas hadits ini
tentang periode waktu ‘empat puluh’ tahun, dan jika kita membahas hadits
mengenai Dajjal, ‘harinya’ seperti ‘setahun’, maka dia tidak bermaksud
satu ‘tahun’ sebagaimana ‘tahun’ yang kita ketahui.
Kalau begitu,
kami bertanya, ‘tahun’ yang seperti apa yang beliau maksudkan saat dia
menjelaskan periode waktu dalam sejarah yang tercatat lebih dari seribu
tahun lamanya, menjadi hanya berdurasi ‘empat puluh’ tahun? Baca Selengkapnya Disini...
Jika artikel ini bermanfaat jangan lpa di share ya dengan yang lain, salam berbagi itu indah...
Sumber : kampungmuslim.org
Leave a Comment