Imam Abu Dawud (Biografi dan Kumpulan Kitab)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2Z2Im1s5QB43F-vBXruW7en-yXmpP7eKCdFX0p5YI19YT_hyphenhyphens5tNOpkO10Mw462JvOMVtDh2OmWgsO4Nh9UxGCXHoCuS__tk4bX8f_LSQU0-SvDLtqtrL9mbimdEY6iB8H-VAMPnu8QfC/s200/abu+dawud.jpg)
Bapak beliau yaitu Al
Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari
Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk
seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga merupakan teman
perjalanan beliau dalam menuntut hadits dari para ulama ahli hadits.
Abu Dawud sudah
berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui
mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di Baghdad, dan di sana beliau
menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang beliau katakan: "Aku
menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya".[1] Walaupun sebelumnya beliau
telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sajistaan, seperti khurasan, Baghlan,
Harron, Roi dan Naisabur.
Setelah beliau masuk
kota Baghdad, beliau diminta oleh Amir Abu Ahmad Al Muwaffaq untuk tinggal dan
menetap di Bashroh,dan beliau menerimanya,akan tetapi hal itu tidak membuat
beliau berhenti dalam mencari hadits.
Guru
Kemudian mengunjungi
berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung
berguru selama bertahun-tahun. Di antara guru-gurunya adalah Imam Ahmad,
Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi,
Abu Zakariya Yahya bin Ma'in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu
Ustman Sa'id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.
Murid
Demikian pula
murid-murid beliau cukup banyak antara lain, yaitu:
- Imam Turmudzi
- Imam Nasa'i
- Abu Ubaid Al Ajury
- Abu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
- Abu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari beliau).
- Abu Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
- Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
- Abu Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
- Zakariya bin Yahya As Saajy.
- Abu Bakr Ibnu Abi Dunya.
- Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
- Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari beliau).
- Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
- Abu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari beliau).
- Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari beliau).
Penyusunan
Sunan Abu Dawud
Imam Abu Daud menyusun
kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, jadi kumpulan hadits-nya
berfokus murni pada hadits tentang syariat. Setiap hadits dalam kumpulannya
diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Qur'an, begitu pula sanadnya. Dia pernah
memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad untuk meminta saran perbaikan.
Kitab Sunan Abu Dawud
diakui oleh mayoritas dunia Muslim sebagai salah satu kitab hadits yang paling
autentik. Namun, diketahui bahwa kitab ini mengandung beberapa hadits lemah
(yang sebagian ditandai beliau, sebagian tidak).
Banyak ulama yang
meriwayatkan hadits dari beliau, di antaranya Imam Turmudzi dan Imam Nasa'i. Al
Khatoby mengomentari bahwa kitab tersebut adalah sebaik-baik tulisan dan isinya
lebih banyak memuat fiqh daripada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ibnul
A'raby berkata, barangsiapa yang sudah menguasai Al-Qur'an dan kitab
"Sunan Abu Dawud", maka dia tidak membutuhkan kitab-kitab lain lagi.
Imam Al-Ghazali juga mengatakan bahwa kitab "Sunan Abu Dawud" sudah
cukup bagi seorang mujtahid untuk menjadi landasan hukum.
Ia adalah imam dari
imam-imam Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup di Bashroh kota berkembangnya
kelompok Qadariyah,demikian juga berkembang disana pemikiran Khowarij,
Mu'tazilah, Murji'ah dan Syi'ah Rafidhoh serta Jahmiyah dan lain-lainnya,
tetapi walaupun demikian beliau tetap dalam keistiqomahan diatas Sunnah dan
beliaupun membantah Qadariyah dengan kitabnya Al Qadar, demikian pula bantahan
beliau atas Khowarij dalam kitabnya Akhbar Al Khawarij, dan juga membantah
terhadap pemahaman yang menyimpang dari kemurnian ajaran Islam yang telah
disampaikan olah Rasulullah. Maka tentang hal itu bisa dilihat pada kitabnya As
Sunan yang terdapat padanya bantahan-bantahan beliau terhadap Jahmiyah, Murji'ah
dan Mu'tazilah.
Ia wafat di kota
Bashroh tanggal 16 Syawal 275 H dan disholatkan janazahnya oleh Abbas bin Abdul
Wahid Al Haasyimy.
Biografi
Imam Abu Dawud
Beliau lahir sebagai
seorang ahli urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur
akan kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan beliau terlihat ketika mengkritik
sejumlah hadits yang bertalian dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan
bab-bab fiqih atas sejumlah karyanya, seperti Sunan Abu Dawud.
Al-Imam al-Muhaddist
Abu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah.
Sepanjang sejarah telah
muncul para pakar hadist yang berusaha menggali makna hadist dalam berbagai
sudut pandang dengan metoda pendekatan dan sistem yang berbeda, sehingga dengan
upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan bagi generasi
selanjutnya guna memahami as-Sunnah dengan baik dan benar.
Di samping itu, mereka
pun telah bersusah payah menghimpun hadits-hadits yang dipersilisihkan dan
menyelaraskan di antara hadits yang tampak saling menyelisihi. Hal tersebut
dilakukan untuk menjaga kewibawaan dari hadits dan sunnah secara umum. Abu
Muhammad bin Qutaibah (wafat 267 H) dengan kitab beliau Ta’wil Mukhtalaf
al-Hadits telah membatah habis pandangan kaum Mu’tazilah yang mempertentangkan
beberapa hadits dengan al-Quran maupun dengan rasio mereka.
Selanjutnya upaya untuk
memilahkan hadits dari khabar-khabar lainnya yang merupakan hadits palsu maupun
yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa
penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun
oleh Imam Abu Dawud yaitu sunan Abu Dawud. Kitab ini memuat 4800 hadits
terseleksi dari 50.000 hadits.
Beliau sudah
berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui
mengingat pada tahun 221 H, beliau sudah berada di baghdad. Kemudian
mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Beliau
langsung berguru selama bertahun-tahun. Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad
bin Hambal, al-Qa’nabi, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman
bin Harb, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb,
ad-Darimi, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan lain-lain.
Sebagai ahli hukum, Abu
Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: Sesungguhnya
segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang
adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat; tidaklah keadaan seorang mukmin
itu menjadi mukmin, hingga ia ridho terhadap saudaranya apa yang ia ridho
terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas
pula, sedangkan diantara keduanya adalah syubhat.
Beliau menciptakan
karya-karya yang bermutu, baik dalam bidang fiqh, ushul,tauhid dan terutama
hadits. Kitab sunan beliaulah yang paling banyak menarik perhatian, dan
merupakan salah satu diantara kompilasi hadits hukum yang paling menonjol saat
ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya
Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam
yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam
banyak pembahasan yang bisa menjadi hukum diantara ahli Islam, maka kepadanya
hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq
merasa ridho, karena sesungguhnya ia telah mengumpulkan sejumlah hadits ahkam,
dan menyusunnya dengan sebagus-bagus susunan, serta mengaturnya dengan
sebaik-baik aturan bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan
membuang sejumlah hadits dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah
melimpahkan rahmat atas mereka dan mem- berikannya pula atas para pelanjutnya.
Sumber : wikipedia
Kitab Shahih Abu Dawud:
Leave a Comment