Fenomena Ayat-Ayat Hitam, TALMUD.
Bahaya
Zionisme
Referensi:
Zionisme
adalah akidah dan metode kerja Yahudi yang berasal dari Kitab Perjanjian Lama secara
ringkas. Akidah ini secara rinci dapat Anda temukan dalam Talmud: ajaran yang
paling rasis juga diskriminatif; sebuah kitab paling berbahaya yang pernah ada
di muka bumi.
Louis
Daste di dalam bukunya ‘Yahudi dan Organisasi Rahasia’ mengatakan; Dalam
setiap perubahan pemikiran besar terdapat pengaruh Yahudi baik yang nampak
ataupun rahasia. Sepanjang sejarah dunia, Yahudi memasukkan ribuan racun
berbahaya.
Al-Quran sering menggunakan sebutan Ahlul Kitab untuk kaum
Yahudi, dan yang dimaksud Ahlul Kitab juga termasuk orang-orang Nasrani, jadi
Ahlul Kitab adalah sebutan untuk orang-orang Yahudi dan Nasrani. Di antara
beberapa surat dalam Al-Quran yang banyak menjelaskan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan kaum Yahudi adalah QS. Al Baqarah, Ali ‘Imran, Al Maidah,
At-Taubah.
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik”. (QS.Al Ma'idah: 82)
Dalam
buku “An Interview of Illan Pappe, ” Baudoin Loos menyebutkan seorang
sejarawan Yahudi Illan Pappe yang menyandang julukan “Orang Israel yang paling
dibenci di Israel”. Pappe adalah salah satu Yahudi yang memilih memihak pada
hati nurani dan tanpa takut membongkar mitos-mitos Zionisme. Saat ditanya,
kenapa orang Israel bisa melakukan berbagai kekejaman terhadap orang Palestina,
Pappe menjawab, “Ini buah dari sebuah proses panjang pengajaran paham,
indoktronasi, yang dimulai sejak usia taman kanak-kanak, semua anak Yahudi di
Israel dididik dengan cara ini. Anda tidak dapat menumbangkan sebuah sikap yang
ditanamkan di sana dengan sebuah mesin indoktrinasi yang kuat, yaitu
menciptakan sebuah persepsi rasis tentang orang lain yang digambarkan sebagai
primitif, hampir tidak pernah ada, dan penuh kebencian: Orang itu memang penuh
kebencian, tapi penjelasan yang diberikan di sini adalah ia terlahir primitif,
Islam, anti-Semit, bukan bahwa ia adalah seorang yang telah dirampas tanahnya”.
Indoktrinasi
terhadap anak-anak Israel berlanjut hingga ia besar. Ayat-ayat Talmud dijadikan
satu-satunya “pedoman moral” bagi mereka. Yang paling utama adalah indoktrinasi
bahwa hanya bangsa Yahudi yang manusia, sedangkan orang-orang yang lain adalah
hewan.
Penanaman
doktrin rasisme yang terdapat dalam Talmud dilakukan para orangtua kaum Zionis
kepada anak-anak mereka sejak dini. Survei yang diadakan oleh Ary Syerabi,
mantan perwira dari Satuan Anti Teror Israel, terhadap 84 anak-anak Israel usia
sekolah dasar, saat dia bergabung dengan London Institute for Economic Studies.
Ary
Serabi ingin mengetahui perasaan apa yang ada di dalam benak anak-anak Israel
terhadap anak-anak Palestina sebaya mereka yang sesungguhnya. Kepada anak-anak
Israel itu Ary memberikan sehelai kertas dan pensil, lalu kepada mereka Ary
berkata, “Tulislah surat buat anak-anak Palestina, surat itu akan kami
sampaikan pada mereka. ”
Hasilnya
sungguh mencengangkan. Anak-anak Israel yang menyangka suratnya benar-benar
dikirim kepada anak-anak Palestina. Mereka menulis surat mereka dengan
sebenar-benarnya, keluar dari hati terdalam. Apa saja yang mereka tulis? Salah
satu surat ditulis oleh seorang anak perempuan Israel berusia 8 tahun. Ia
mengaku menulis surat kepada anak perempuan Palestina seusianya. Isi suratnya
antara lain:
“Sharon
akan membunuh kalian dan semua penduduk kampung… dan membakar jari-jari kalian
dengan api. Keluarlah dari dekat rumah kami, wahai monyet betina. Kenapa kalian
tidak kembali ke (tempat) dari mana kalian datang? Kenapa kalian mau mencuri
tanah dan rumah kami? Saya mempersembahkan untukmu gambar (ini) supaya kamu
tahu apa yang akan dilakukan Sharon pada kalian…ha…ha…ha”
Bocah
Israel itu menggambar sosok Sharon dengan kedua tangannya menenteng kepala anak
perempuan Palestina yang meneteskan darah.
'Protocols
of Learned Elders of Zion' (Protokol Para Pemuka Agama Yahudi) adalah rencana praktis
atau kertas kerja untuk merealisasikan semua kandungan Taurat dan Talmud. Jika
Talmud merupakan buah pahit dari ajaran Perjanjian Lama (Taurat), maka Protol
Yahudi ini merupakan kertas kerja yang meringkas semua ajaran Talmud kepada
rencana strategis modern dan kontemporer.
Metoda
kerja yang dipakai oleh ‘Protokol’ untuk menghancurkan suatu masyarakat cukup
jelas. Memahami metoda itu penting jika seseorang ingin menemukan makna dari
arus serta arus-balik yang membuat orang menjadi frustrasi ketika mencoba
memahami kekacauan keadaan masa kini. Orang menjadi bingung dan hilang semangat
oleh berbagai teori masa kini dan suara-suara yang centang-perenang. Setiap
suara atau teori itu seakan-akan dapat dipercaya dan menjanjikan masa depan
yang lebih baik. Kalau saja kita dapat memahami makna dari suara yang
centang-perenang dan berbagai teori yang ambur-adul itu, maka hal itu akan
menyadarkan kita bahwa kebingungan dan hilangnya semangat masyarakat merupakan
sasaran yang dituju oleh ‘Protokol’. Ketidakpastian, keragu-raguan, kehilangan
harapan, ketakutan, semuanya ini merupakan reaksi yang diciptakan oleh program
yang diuraikan di dalam ‘Protokol’ yang diharapkan tercapai. Kondisi masyarakat
dewasa ini merupakan bukti efektifnya program tersebut.
Talmud
Berbahaya
Agama
Yahudi sebenarnya bersumberkan dua pokok:
1.
Kitab Taurat.
Kitab
yang kita akui dan mengandung wahyu yang dibawa oleh Nabi Musa. Memang ada kelompok di kalangan kaum Yahudi yang menolak
Talmud, dan tetap berpegang teguh kepada kitab Taurat (Taurat ada dua Versi :
Taurat Asli dan Taurat Versi Perjanjian Lama yang sekarang). Mereka ini disebut
golongan ‘Karaiyah’, kelompok yang sepanjang sejarahnya paling dibenci
dan menjadi korban kedzaliman para pendeta Yahudi orthodoks.
2.
Kitab Talmud. (bahasa
Ibrani: תלמוד)
Jauh
sebelum pena-pena para intelektual dan sejarawan dunia menggores; sebelum para
intelektual kawakan dunia melakukan analisa dan penelitian, Al Qur'an dan
Sunnah telah memaparkan bukti-bukti yang menjelaskan bahwa para rabbi Yahudi
telah mengubah dan menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang sangat murah.
Bahkan, mereka telah membuat sebuah kitab sendiri yang sangat jauh dari akal
sehat sebagai tandingan bagi kitab Taurat. Itulah kitab Talmud, sebuah
"buku hitam" Israel yang paling berbahaya bagi manusia dan
kemanusiaan secara keseluruhan.
Keimanan orang Yahudi terhadap Kitab Talmud mengatasi bahkan Kitab
Perjanjian Lama, yang juga dikenal dengan nama Taurat. Bukti tentang hal ini
dapat ditemukan dalam Talmud ‘Erubin’ 2b (edisi Soncino) yang
mengingatkan kepada kaum Yahudi. “Wahai anakku, hendaklah engkau
lebih mengutamakan fatwa dari para Ahli Kitab (Talmud) daripada ayat-ayat
Taurat.
Para pendeta Talmud mengklaim sebagian dari isi Kitab Talmud
merupakan himpunan dari ajaran yang disampaikan oleh Nabi Musa a.s. secara
lisan. Sampai dengan kedatangan Nabi Isa a.s. Kitab Talmud belum dihimpun
secara tertulis seperti bentuknya yang sekarang. Nabi Isa a.s. sendiri mengutuk
tradisi ‘mishnah’ (Talmud awal), termasuk mereka yang mengajarkannya
(para hachom Yahudi dan kaum Farisi), karena isi Kitab Talmud seluruhnya
menyimpang, bahkan bertentangan dengan Kitab Taurat. Kaum Kristen, karena
ketidak-pahamannya, hingga dewasa ini menyangka Perjanjian Lama merupakan kitab
tertinggi bagi agama Yahudi. Sangkaan itu keliru. Para pendeta Farisi
mengajarkan, doktrin dan fatwa yang berasal dari para rabbi (guru
agama), lebih tinggi kedudukannya daripada wahyu yang datang dari Tuhan. Talmud
mengemukakan hukum-hukumnya berada di atas Taurat, dan bahkan tidak mendukung
isi Taurat. Seorang peneliti Yahudi, Hyam Maccoby, dalam bukunya ‘Judaism on
Trial’, mengutip pernyataan Rabbi Yehiel ben Joseph, bahwa “Tanpa
Talmud, kita tidak akan mampu memahami ayat-ayat Taurat … Tuhan telah
melimpahkan wewenang ini kepada mereka yang arif, karena tradisI merupakan
suatu kebutuhan yang sama seperti kitab-kitab wahyu. Para arif itu membuat
tafsiran mereka … dan mereka yang tidak pernah mempelajari Talmud tidak akan
mungkin mampu memahami Taurat.”
Terhadap tradisi ‘mishnah’ itu para pendeta Yahudi menambah
sebuah kitab lagi yang mereka sebut ‘Gemarah’ (kitab “tafsir” dari para
pendeta). Tradisi ‘mishnah’ (yang kemudian dibukukan) bersama dengan “Gemarah’,
itulah yang disebut Talmud. Ada dua buah versi Kitab Talmud, yaitu ‘Talmud
Jerusalem’ dan ‘Talmud Babilonia’. ‘Talmud Babilonia’ adalah
kitab yang paling otoritatif.
Dalam Al-Quran, surat At-Taubah, ayat 30. Orang-orang Yahudi
berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata:
"Al Masih itu putera Allah." Demikianlah itu ucapan mereka dengan
mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.
Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?
Dari
ayat ini nampak jelas bahwa orang-orang Yahudi telah menghina Allah, karena
telah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Padahal Allah SWT tidak beranak dan
juga tidak diperanakkan, (QS 112:3).
Dalam
tafsir Al Marâghi dijelaskan bahwa ‘Uzair adalah seorang pendeta (kâhin)
Yahudi, ia hidup sekitar 457 SM. Menurut kepercayaan orang-orang Yahudi ‘Uzair
adalah orang yang telah mengumpulkan kembali wahyu-wahyu Allah di kitab At
Taurat yang sudah hilang sebelum masa Nabi Sulaiman as. Sehingga segala sumber
yang yang dijadikan rujukan utama adalah yang berasal dari ‘Uzair, karena
menurut kaum Yahudi waktu itu ‘Uzair adalah satu-satunya sosok yang paling
diagungkan, maka sebagian mereka akhirnya menisbatkan ‘uzair sebagai anak
Allah. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa penyelewengan dalam masalah akidah
merupakan tindakan yang sangat sesat, karena sekitar 1/3 dari kandungan
Al-Quran menjelaskan tentang akidah/kepercayaan atas semua rukun iman yang
harus diyakini oleh setiap manusia.
Kitab
Talmud dan Tindak Tanduk Zionis
Kitab
Talmud adalah kitab suci yang terpenting bagi kaum Yahudi, bahkan lebih penting
daripada Kitab Taurat. Kitab Talmud bukan saja menjadi sumber dalam penetapan
hukum agama, tetapi juga menjadi ideologi, prinsip, serta arahan bagi perumusan
kebijakan negara dan pemerintah Israel, dan menjadi pandangan hidup orang
Yahudi pada umumnya. Itu pula sebabnya mengapa Israel disebut sebagai Negara
yang rasis, chauvinistik, theokratik, konservatif, dan sangat dogmatik.
Namun
Talmud merupakan manifesto yang paling berbahaya kepada perikemanusiaan. Ia
lebih berbahaya daripada buku Mein Kampf, karya Hitler. Ia menggariskan
penghancuran total semua agama dan peradaban yang ada di dunia, demi
terciptanya sebuah masyarakat zionis internasional.
Seorang
ilmuwan terkenal dalam bidang kebudayaan Ibrani dan kajian tentang Talmud,
Joseph Barcley, menyatakan, ".... Sebagian teks yang ada dalam Talmud
adalah ekstrim, sebagiannya lagi menjijikkan, dan sebagiannya lagi berisi
kekufuran...." Karenanya, banyak penguasa negara (Raja dan Kaisar) dan
penguasa agama (Paus) di Eropa mengharamkan beredarnya kitab ini.
Sebagian
dari yang terkandung di dalam kitab Talmud; Israel bertanya kepada Tuhan,
"mengapa Engkau ciptakan makhluk selain bangsa pilihanMu?" Tuhan
menjawab, "Supaya kamu menaiki belakang mereka, menghisap darah mereka,
membakar mereka yang baik, mencemari yang suci dan menghancurkan segala yan
dibangunkan."
Pelaksanaan ajaran Talmud tentang keunggulan kaum Yahudi yang
didasarkan pada ajaran kebencian itu telah menyebabkan penderitaan yang tak
terperikan terhadap orang lain sepanjang sejarah ummat manusia, khususnya di
tanah Palestina sampai dengan saat ini. Ajaran itu telah dijadikan dalih untuk
membenarkan pembantaian secara massal penduduk sipil Arab-Palestina. Kitab
Talmud menetapkan bahwa semua orang yang bukan-Yahudi disebut “goyyim”, artinya
sama dengan binatang, derajat mereka di bawah derajat manusia. Ras
Yahudi adalah “ummat pilihan”, satu-satunya ras yang mengklaim diri sebagai
keturunan langsung dari Nabi Adam a.s. Marilah kita periksa beberapa ajaran
Talmud.
Beberapa kutipan yang diangkat dari Kitab Tamud dalam uraian
berikut ini merupakan dokumen aseli yang tidak-terbantahkan, dengan harapan
dapat memberikan pencerahan kepada segenap ummat manusia, termasuk kaum Yahudi,
tentang kesesatan dan rasisme dari ajaran Talmud yang penuh dengan kebencian,
yang menjadi kitab suci baik bagi kaum Yahudi Orthodoks maupun Hasidiyah di
seluruh dunia:
Beberapa Contoh Isi Ajaran Talmud
Erubin 2b, “Barangsiapa yang tidak taat kepada para rabbi
mereka akan dihukum dengan cara dijerang di dalam kotoran manusia yang mendidih
di neraka”.
Moed Kattan 17a, “Bilamana seorang Yahudi tergoda untuk
melakukan sesuatu kejahatan, maka hendaklah ia pergi ke suatu kota, dimana ia
tidak dikenal orang, dan lakukanlah kejahatan itu disana”.
Menganiaya seorang Yahudi Hukumannya ialah Mati
Sanhedrin 58b, “Jika seorang kafir menganiaya seorang Yahudi,
maka orang kafir itu harus dibunuh”.
Dibenarkan Menipu Orang yang Bukan-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Seorang Yahudi tidak wajib membayar upah kepada
orang kafir yang bekerja baginya”.
Orang Yahudi Mempunyai Kedudukan Hukum yang Lebih Tinggi
Baba Kamma 37b, “Jika lembu seorang Yahudi melukai lembu
kepunyaan orang Kanaan, tidak perlu ada ganti rugi; tetapi jika lembu
orang Kanaan sampai melukai lembu kepunyaan orang Yahudi, maka orang itu harus
membayar ganti rugi sepenuh-penuhnya”.
Orang Yahudi Boleh Mencuri Barang Milik Bukan-Yahudi
Baba Mezia 24a, “Jika seorang Yahudi menemukan barang hilang
milik orang kafir, ia tidak wajib mengembalikan kepada pemiliknya”. (Ayat
ini ditegaskan kembali di dalam Baba Kamma 113b).
Orang Yahudi Boleh Merampok atau Membunuh Orang Non-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Jika seorang Yahudi membunuh seorang Cuthea
(kafir), tidak ada hukuman mati. Apa yang sudah dicuri oleh seorang Yahudi
boleh dimilikinya”.
Baba Kamma 37b, “Kaum kafir ada di luar perlindungan hukum, dan
Tuhan membukakan uang mereka kepada Bani Israel”.
Orang Yahudi Boleh Berdusta kepada Orang Non-Yahudi
Baba Kamma 113a, “Orang Yahudi diperbolehkan berdusta untuk
menipu orang kafir”.
Yang Bukan-Yahudi adalah Hewan di bawah Derajat Manusia
Yebamoth 98a, “Semua anak keturunan orang kafir tergolong sama
dengan binatang”.
Abodah Zarah 36b, “Anak-perempuan orang kafir sama dengan
‘niddah’ (najis) sejak lahir”.
Abodah Zarah 22a – 22b, “Orang kafir lebih senang berhubungan
seks dengan lembu”.
Ajaran Gila di dalam Talmud
Gittin 69a, “Untuk menyembuhkan tubuh ambil debu yang berada di
bawah bayang-bayang jamban, dicampur dengan madu, lalu dimakan”.
Shabbath 41a, “Hukum yang mengatur keperluan bagaimana kencing
dengan cara yang suci telah ditentukan”.
Yebamoth 63a, “’… Adam telah bersetubuh dengan semua binatang
ketika ia berada di Sorga”.
Sanhedrin 55b, “Seorang Yahudi boleh mengawini anak-perempuan
berumur tiga tahun (persisnya, tiga tahun satu hari)”.
Sanhedrin 54b, “Seorang Yahudi diperbolehkan bersetubuh dengan
anak perempuan, asalkan saja anak itu berumur di bawah sembilan tahun”.
Kethuboth 11b, “Bilamana seorang dewasa bersetubuh dengan
seorang anak perempuan, tidak ada dosanya”.
Yebamoth 59b, “Seorang perempuan yang telah bersetubuh dengan
seekor binatang diperbolehkan menikah dengan pendeta Yahudi. Seorang perempuan
Yahudi yang telah bersetubuh dengan jin juga diperbolehkan kawin dengan seorang
pendeta Yahudi”.
Abodah Zarah 17a, “Buktikan bilamana ada pelacur seorang pun di
muka bumi ini yang belum pernah disetubuhi oleh pendeta Talmud Eleazar”.
Hagigah 27a, “Nyatakan, bahwa tidak akan ada seorang rabbi pun
yang akan masuk neraka”.
Baba Mezia 59b, “Seorang rabbi telah mendebat Tuhan dan
mengalahkan-Nya. Tuhan pun mengakui bahwa rabbi itu memenangkan debat tersebut”.
Gittin 70a, “Para rabbi mengajarkan, ‘Sekeluarnya seseorang
dari jamban, maka ia tidak boleh bersetubuh sampai menunggu waktu yang sama
dengan menempuh perjalanan sejauh setengah mil, karena iblis yang ada di jamban
itu masih menyertainya selama waktu itu; kalau ia melakukannya juga
(bersetubuh), maka anak-keturunannya akan terkena penyakit ayan”.
Gittin 69b, “Untuk menyembuhkan penyakit kelumpuhan ambil
kotoran seekor anjing berbulu putih dan campur dengan balsem; tetapi bila
memungkinkan untuk menghindar dari penyakit itu, tidak perlu memakan kotoran
anjing itu, karena hal itu akan membuat anggota tubuh menjadi lemas”.
Pesahim 111a, “Sungguh terlarang bagi anjing, perempuan, atau
pohon kurma, berdiri di antara dua orang laki-laki. Karena musibah khusus akan
datang jika seorang perempuan sedang haid atau duduk-duduk di perempatan
jalan”.
Menahoth 43b – 44a, “Seorang Yahudi diwajibkan membaca doa
berikut ini setiap hari, ‘Aku bersyukur, ya Tuhanku, karena Engkau tidak
menjadikan aku seorang kafir, seorang perempuan, atau seorang budak-belian’ “.
Kisah-kisah Holocaust oleh Romawi
Di dalam Talmud, ayat Gittin 57b ada dikisahkan tentang
dibantainya empat juta orang Yahudi oleh orang Romawi di kota Bethar. Gittin
58a mengklaim bahwa 16 juta anak-anak Yahudi dibungkus ke dalam satu gulungan
dan dibakar hidup-hidup oleh orang Romawi. (Demografi tentang zaman kuno
menyatakan orang Yahudi di seluruh dunia pada masa penjajahan oleh Romawi tidak
sampai berjumlah 16 juta, bahkan 4 juta pun tidak ada).
Pengakuan Talmud
Abodah Zarah 70a, “Seorang rabbi ditanya, apakah anggur yang
dicuri di Pumbeditha boleh diminum, atau anggur itu sudah dianggap najis,
karena pencurinya adalah orang-orang kafir (seorang bukan-Yahudi bila
menyentuh guci anggur, maka anggur itu dianggap sudah dinajisi).
Rabbi itu menjawab, tidak perlu dipedulikan, anggur itu tetap
halal (‘kosher’) bagi orang Yahudi, karena mayoritas pencuri yang ada di Pumbeditha,
tempat dimana guci-guci anggur itu dicuri, adalah orangorang Yahudi”. (Kisah
ini juga ditemukan di dalam Kitab Gemara, Rosh Hashanah 25b).
Genosida Dihalalkan oleh Talmud
- Perjanjian Kecil, Soferim 15, Kaidah 10, “Inilah kata-kata dari Rabbi Simeon ben Yohai, ‘Tob shebe goyyim harog’ (“Bahkan orang kafir yang baik sekali pun seluruhnya harus dibunuh”). Sehubungan dengan hal ini orang-orang Israeli sekarang ini setiap tahun mengikuti acara nasional ziarah ke kuburan Simon ben Yohai untuk memberikan penghormatan kepada rabbi yang telah mefatwakan untuk menghabisi orang-orang non-Yahudi.
- Di Purim, pada tanggal 25 Februari 1994 seorang perwira angkatan darat Israel, Baruch Goldstein, yaitu seorang Yahudi Orthodoks dari Brooklyn, membantai 40 orang muslim, termasuk anak-anak, tatkala mereka tengah bersujud shalat di sebuah masjid. Goldstein adalah pengikut mendiang Rabbi Meir Kahane, yang menyatakan kepada kantor berita CBS News, bahwa ajaran yang dianutnya menyatakan, “Orang-orang Arab itu tidak lebih daripada anjing, sesuai ajaran Talmud”.
- Ehud Sprinzak, seorang profesor di Universitas Jerusalem menjelaskan tentang falsafah Kahane dan Goldstein, “Mereka percaya adalah telah menjadi iradat Tuhan, bahwa mereka diwajibkan untuk melakukan kekerasan terhadap ‘goyyim’, sebuah istilah Yahudi untuk orang-orang non-Yahudi”.
- Rabbi Yitzak Ginsburg menyatakan, “Kita harus mengakui darah seorang Yahudi dan darah orang ‘goyyim’ tidaklah sama”.
- Rabbi Jaacov Perrin berkata, “Satu juta nyawa orang Arab tidaklah seimbang dengan sepotong kelingking orang Yahudi”.
Doktrin Talmud : Orang Non-Yahudi Bukanlah Manusia
Talmud secara spesifik menetapkan orang non-Yahudi termasuk
golongan binatang (bukan-manusia) dan secara khusus menyatakan bahwa mereka
bukan dari keturunan Nabi Adam a.s. Ayat-ayat yang berkaitan itu ditemukan
bertebaran di dalam Kitab Talmud, antara lain sebagai berikut:
Kerithuth (6b p. 78) it says:
"The teaching of the Rabbis is: He who pours
oil over a Goi, and over dead bodies is freed from punishment. This is true for
an animal because it is not a man. (The same holds for the dead body of any
man). But how can it be said that by pouring oil over a Goi one is freed from
punishment, since a Goi is also a man? But this is not true, for it is written:
Ye are my flock, the flock of my pasture are men (Ezechiel, XXXIV, 31). You are
thus called men, but the Goim are not called men."
Kerihoth 6b, “Menggunakan minyak untuk mengurapi. Rabbi kita
mengajarkan, ‘Barangsiapa menyiramkan minyak pengurapan kepada ternak atau
perahu, ia tidak melakukan dosa; bila ia menyiramkannyakepada ‘goyyim’, atau
orang mati, dia tidak melakukan dosa. Hukum yang berhubungan dengan ternak dan
perahu adalah benar, karena telah tertulis: terhadap tubuh manusia (Ibrani: Adam)
tidak boleh disiramkan (Exodus 30 : 32); karena ternak dan perahu bukan manusia
(Adam)’“ “Juga dalam hubungan dengan yang meninggal (sepatutnya) ia
dikecualikan, karena setelah meninggal ia menjadi bangkai dan bukan manusia
lagi (Adam). Tetapi mengapa terhadap ‘goyyim’ juga dikecualikan, apakah mereka
tidak termasuk kategori manusia (Adam)? Tidak, karena telah tertulis: ‘Wahai
domba-domba-Ku, domba-domba di padang gembalaan-Ku adalah manusia (Adam)’
(Ezekiel 34 : 31): Engkau disebut manusia (Adam), tetapi ‘goyyim’ tidak disebut
sebagai manusia (Adam)’ “
Pada ayat-ayat terdahulu para rabbi membahas hukum Talmud
yang melarang memberikan minyak suci bagi manusia. Dalam pembahasan itu para rabbi
menjelaskan bukanlah suatu dosa untuk memberikan minyak suci itu kepada ‘goyyim’
(kaum non-Yahudi, seperti muslim, Kristen, dan sebagainya), karena ‘goyyim’
tidak termasuk golongan manusia (harfiahnya: bukan keturunan Adam).
Yebamoth 61a, “Telah diajarkan: Begitulah Simeon ben Yohai
menerangkan (61a) bahwa kuburan orang ‘goyyim’ tidak termasuk tempat yang suci
untuk mendapatkan ‘ohel’ (memberikan sikap ‘ruku’ terhadap kuburan), karena
telah dikatakan, wahai domba-domba-Ku yang ada di padang gembalaan-Ku, kalian
adalah manusia (Adam)”, (Ezekiel 34 : 31); “kalian disebut manusia
(Adam); tetapi kaum kafir itu tidak disebut manusia keturunan Adam.”
Hukum Talmud menerangkan bahwa seorang Yahudi yang menyentuh
bangkai orang Yahudi atau kuburan Yahudi menyebabkan ia ternajisi. Tetapi hukum
Talmud sebaliknya mengajarkan, jika seorang Yahudi menyentuh kuburan orang goyyim,
ia malah tetap suci, karena orang goyyim tidak termasuk golongan manusia
keturunan Adam.
Baba Mezia 114b, “Dia (Rabbah) berkata kepadanya: ‘Apakah
engkau bukan pendeta: mengapa engkau berdiri di atas kuburan? Ia menjawab:
‘Apakah guru belum mempelajari hukum tentang kesucian? Karena telah diajarkan:
Simeon ben Yohai berkata: ‘Kuburan kaum ‘goyyim’ tidak menajisi. Karena telah
tertulis, ‘Wahai gembalaan-Ku, gembalaan di padang rumput-Ku adalah manusia
keturunan Adam, dan ia berdiri di atas kuburan kaum ‘goyyim’ “.
Mengingat pembuktian berdasarkan nash Taurat (Ezekiel 34:
31) disebut sampai berulang-kali pada ketiga ayat-ayat Talmud di atas tadi,
padahal dalam kenyataannya Taurat tidak pernah menyebutkan hanya orang Yahudi
saja yang termasuk golongan manusia. Para ‘hachom’ Talmud sangat
menekankan kekonyolan ajaran mereka tentang kaum ‘goyyim’. Hal itu
merupakan bukti bahwa mereka sebenarnya adalah rasis dan ideolog antikaum
non-Yahudi, yang dalam kebuntuan nalarnya telah mendistorsikan ayat-ayat Taurat
dalam rangka membenarkan kesesatan mereka.
Berakoth 58a, “Shila seorang Yahudi memberikan hukuman cambuk
kepada seseorang yang telah bersetubuh dengan seorang perempuan Mesir. Orang
yang dicambuk itu pergi mengadukannya kepada pemerintah, dan berkata: ‘Ada
seorang Yahudi yang memberikan hukuman cambuk tanpa izin dari pemerintah’.
Seorang petugas diperintahkan untuk memanggilnya (Shila). Ketika ia (Shila)
tiba, ia ditanya: ‘Mengapa engkau mencambuk orang ini?’ Ia (Shila) menjawab: ‘
Karena ia telah menyetubuhi keledai betina’ “.
“Petugas
itu berkata kepadanya: ‘Apakah engkau mempunyai saksisaksi?’ Ia (Shila)
menjawab: ‘Saya mempunyainya’. Kemudian (nabi) Elijah turun dari langit dalam
bentuk manusia dan memberikan bukti
Petugas
itu berkata lagi kepadanya: ‘Kalau demikian halnya seharusnya orang itu dihukum
mati!’ Ia (Shila) menjawab: ‘Karena kami telah diasingkan dari negeri kami,
kami tidak mempunyai wewenang untuk menjatuhkan hukuman mati; lakukanlah
terhadapnya sesuai kehendak kalian’“
“Ketika
mereka masih mempertimbangkan perkara itu Shila pun berteriak: ‘Kepada-Mulah ya
Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Kuasa’ (I Kisah-kisah 29 : 11).
‘Apa
kehendakmu?’ tanya petugas itu. Ia (Shila) menjawab: ‘Apa yang kukatakan ialah:
Terpujilah Yang Maha Pengasih yang telah menciptakan segala sesuatunya dari
tanah serupa dengan Yang di Sorga, dan telah memberikan kepadamu sekalian
tempat tinggal, dan membuat kalian mencintai keadilan’ “.
“Petugas
itu berkata kepadanya (Shila): ‘Apakah engkau sedemikian membantu kepada
kehormatan pemerintah?’ Petugas itu memberi Shila sebuah tongkat dan berkata
kepadanya: ‘Engkau boleh menjadi hakim.’ Tatkala petugas (orang ‘goyyim’) itu
telah pergi, orang-orang yang ada disana berkata kepadanya (Shila): ‘Apakah
Yang Maha Pengasih membuat mu’zizat bagi kaum pendusta?’. Ia (Shila) menjawab:
‘Bukankah mereka (‘goyyim’) disebut keledai? Karena telah tertulis: Daging
mereka adalah daging keledai’ (Ezekiel 23 : 30).
Ia
(Shila) memperhatikan orang-orang itu akan memberi-tahukan petugas-petugas itu
bahwa ia (Shila) telah menyebut mereka sebagai keledai. Maka ia (Shila)
berkata: ‘Orang itu adalah penuntut hukum, dan Taurat telah mengatakan: Jika
seseorang datang untuk membunuhmu, bangkitlah segera dan bunuh dia lebih
dahulu.’
Begitulah
tongkat yang diberikan kepadanya itu dipukulkannya kepada terdakwa dan
membunuhnya. Kemudian ia berkata: ‘Karena sebuah mu’zizat telah terjadi melalui
ayat ini, maka aku melaksanakannya’ “.
Bagian ini terpaksa diutarakan agak panjang, tetapi agaknya
terpaksa dikutip seluruhnya untuk memperlihatkan bagaimana kedzaliman kaum
Yahudi. Sebagai tambahan bahwa nabi Elijah sampai perlu turun dari sorga ke
bumi untuk menipu mahkamah kaum goyyim, disini Talmud mengajarkan, bahwa
kaum ‘goyyim’ pada dasarnya adalah binatang, sehingga karena itu Rabbi
Shila (dan nabi Elijah) sama sekali tidaklah dapat disebut telah berdusta atau
telah membuat dosa. Ceritera itu menjelaskan, bahwa sekiranya seseorang
(termasuk orang Yahudi) mengungkapkan ajaran Talmud pandangan tentang kaum ‘goyyim’
sama dengan keledai, maka orang Yahudi itu akan menerima hukuan mati,
karena dengan mengungkapkan hal itu ia akan membuat kaum ‘goyyim’ murka
dan akan menindas agama Yahudi. Kutipan Talmud dari kitab Ezekiel ini merupakan
“nash bukti” sangat penting, karena ayat itu menyatakan bahwa kaum ‘goyyim’
itu termasuk golongan binatang (keledai). Ayat dari kitab Ezekiel pada
Kitab Perjanjian Lama telah diubah dengan hanya mengatakan bahwa “orang Mesir
memiliki kemaluan yang besar” (sindiran - sama dengan keledai). Hal ini tidak
membuktikan atau menegaskan secara eksplisit bahwa orang Mesir yang dirujuk oleh
Taurat sama dengan binatang. Dalam hal ini Talmud memalsukan Taurat dengan cara
mendistorsikan tafsir. Beberapa ayat Talmud yang lain yang mengkaitkannya
dengan kitab Ezekiel 23 : 30 yang memperlihatkan watak rasis orang Yahudi
ditemukan dalam Arakin 19b, Berakoth 25b, Niddah 45a, Shabbath 150a, dan
Yebamoth 98a. Lagipula nash asli Sanhedrin 37a hanya mengkaitkannya
dengan persetujuan Tuhan untuk penyelamatan kaum Yahudi saja.
Filsuf Moses Maimonides Membenarkan Pembantaian
Seorang begawan yang sangat dihormati, Moses Maimonides,
mengajarkan tanpa tedeng aling-aling, bahwa kaum Kristen wajib dihabisi.
Tokoh yang memberikan fatwa seperti itu memiliki kedudukan tertinggi dalam
hierarchie agama Yahudi. Moses Maimonides dipandang sebagai penyusun hukum dan
filosuf terbesar sepanjang sejarah Yahudi. Ia acapkali dengan penuh rasa hormat
disebut dengan nama Rambam, dan disapa dengan panggilan Rabenu Moshe ben
Maimon, yang artinya ‘Rabbi Kami Musa anak Maimun”.
Inilah yang diajarkan oleh Maimonides tentang boleh-tidaknya
menyelamatkan nyawa kaum ‘goyyim’, atau bahkan orang Yahudi sekali pun
yang berani menolak “inspirasi ilahiyah di dalam Talmud’.
“Sesungguhnya bila kita melihat seorang kafir (‘goyyim’) sedang
terhanyut dan tenggelam di sungai, kita tidak boleh menolongnya. Kalau kita
melihat nyawanya sedang terancam, kita tidak boleh menyelamatkannya”.
Naskah dalam bahasa Ibrani edisi Feldheim 1981 tentang Mishnah
Torah menyebutkan hal yang sama seperti itu.
Dengan peringatan dari Maimonides itu, telah diwajibkan bagi kaum
Yahudi untuk tidak boleh menyelamatkan nyawa atau memberikan pertolongan kepada
seorang ‘goyyim’, ia sebenarnya menyatakan sikap kaum Yahudi yang
sebenarnya yang dibebankan oleh Talmud terhadap kaum non-Yahudi.
“Hal itu telah merupakan ‘mitvah’ (kewajiban agama) untuk
menghabisi para pengkhianat kaum Yahudi, para ‘minnim’, dan ‘apikorsim’, dan
membuat mereka jatuh ke dalam lobang kehancuran, karena mereka telah
menyebabkan penderitaan kepada kaum Yahudi, dan menipu manusia untuk menjauh
dari Tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh Isa dari Nazareth dan para
muridnya, dan Tzadok, Baithos, dan murid-muridnya. Semoga terla’natlah mereka”.
Komentar penerbit Yahudi itu memuat pernyataan Maimonides bahwa
Nabi Isa a.s. adalah contoh seorang ‘min’ (“pengkhianat” – majemuknya ‘minnim’).
Komentar itu juga menerangkan bahwa murid-murid Tzadok, yaitu kaum Yahudi yang
menolak kebenaran Talmud dan mereka yang hanya mengakui hukum tertulis, yakni
Taurat. Menurut buku ‘Maimonides’ Principles’ pada halaman 5, Maimonides
memerlukan waktu dua-belas tahun untuk menyimpulkan hukum dan keputusan dari
Talmud, dan mensistematisasikan kesimpulannya itu ke dalam 14 jilid. Karya itu
akhirnya selesai pada tahun 1180 dan diberi judul ‘Mishnah Torah’, atau
‘Syari’at Taurat’.
Maimonides mengajarkan pada bagian lain dari ‘Mishnah Torah’, bahwasanya
kaum ‘goyyim’ bukanlah golongan manusia: “Hanyalah manusia (kaum
Yahudi), dan bukannya perahu, yang dapat memperoleh najis bila bersentuhan … Bangkai
dari seorang ‘goyyim’ tidak menyebabkan najis bila bersentuhan dengan
bayang-bayang seorang Yahudi … seorang ‘goyyim’ tidak sampai menyebabkan
penajisan; dan bila seorang ‘goyyim’ menyentuh, membawa, atau membayangi …
‘goyyim’ itu tidak menyebabkan najis … mayat seorang ‘goyyim’ tidak menyebabkan
menjadi najis; dan sekiranya seorang ‘goyyim’ menyentuh, membawa, atau
menjatuhkan bayangannya kepada mayat, ia dianggap tidak pernah menyentuh mayat
tersebut.”
Film ‘Schindlers List’ - Contoh Kebohongan Kaum Yahudi
Teks Talmud (khususnya Talmud Babilonia) pada Sanhedrin
37a tidak mewajibkan orang Yahudi untuk menyelamatkan nyawa orang lain,
terkecuali nyawa orang Yahudi. Moshe Maimonides memperkuat ajaran Talmud
tersebut. Tetapi, beberapa buku yang ditulis oleh orang-orang Yahudi
kontemporer (Hesronot Ha-shas) merujuk beberapa nash dari Talmud
yang seolah-olah memuat frase nilai-nilai universal, seperti, “Barangsiapa
membunuh kehidupan seseorang, hal itu sama dengan membunuh seluruh isi dunia;
dan barangsiapa memelihara kehidupan seseorang ,,, hal itu seperti ia telah
memelihara seluruh isi dunia”.
(Bandingkan dengan al-Qur’an 5 : 32, “Barangsiapa yang membunuh
seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya”)
Namun surat-kabar Hesronot Ha-shas mengakui ayat-ayat di atas
tadi bukan kata-kata yang otentik dari Talmud yang aseli. Dengan kata lain,
ayat yang bernada universal tersebut bukanlah nash otentik dari Talmud.
Jadi, sekedar sebagai contoh, “versi universal” ini yang oleh Steven Spielberg
dituangkan ke dalam filmnya ‘The Schindler’s List’ yang terkenal itu
(dan dikaitkan seolah-olah bersumber dari Talmud pada judul maupun iklan
filmnya) adalah penipuan dan merupakan propaganda, yang dimaksudkan untuk
memberikan olesan kemanusiaan kepada Talmud, yang pada hakekatnya adalah kitab
yang penuh berisi semangat rasisme dan chauvinisme Yahudi. Dalam nash Talmud
yang aseli tertulis pada ayat yang sama, “Barangsiapa memelihara bahkan satu
nyawa orang Israeli, maka ia seperti memelihara seluruh isi dunia”. Sama
seperti ayat-ayat yang lain, Talmud yang aseli hanya membicarakan perihal
menyelamatkan nyawa orang-orang Yahudi.
Tipuan Orang Yahudi
Sanggahan para rabbi orthodoks bahwa tidak ada bukti
dokumentasi otentik tentang rasisme dan semangat kebencian di dalam Talmud adalah
bohong besar, karena di dalam Baba Kamma 113a, menyatakan bahwa, “Orang
Yahudi boleh berbohong untuk menipu kaum ‘goyyim’. The Simon Wiesenthal
Center, sebuah pusat propaganda ruhubiyah Yahudi yang didukung oleh
dana multi-jutaan dolar terpaksa memecat Rabbi Daniel Landes pada tahun 1995,
karena rabbi ini menentang ajaran dehumanisasi oleh Talmud terhadap
orang non-Yahudi. “Sikap ini benar-benar busuk”, kata Landes. Buktinya ?
“Periksa pernyataan-pernyataan di dalamnya”.
Berdusta untuk menipu orang ‘goyyim’ telah lama menjadi
panutan di dalam agama Yahudi. Ambil contoh sehubungan dengan debat pada abad
ke-13 di Paris antara Nicholas Donin, seorang Yahudi yang beralih memeluk agama
Katolik - yang oleh Hyam Maccoby diakui “mempunyai pengetahuan yang luas tentang
Talmud”12 – saat berkonfrontasi lawan Rabbi Yehiel. Pada waktu itu Yehiel
tidak sedang berada di bawah ancaman hukuman, atau dicederai. Namun ia tanpa
malu tetap saja berdusta sepanjang debat tersebut. Sebagai contoh, ketika
ditanya oleh Donin apakah ada ayat-ayat yang menghujat Jesus di dalam Talmud,
Yehiel menyanggahnya. Donin, seorang ahli dalam bahasa Ibrani paham benar
jawaban itu dusta belaka. Hyam Maccoby, seorang komentator Yahudi mengenai
debat tersebut, yang hidup di abad ke-20, membela kebohongan Rabbi Yehiel
seperti ini, “Pertanyaan itu mungkin diajukan, apakah Yehiel benar-benar
percaya yang Jesus tidak disebut-sebut di dalam Talmud, atau, bisa juga ia
mengajukan pertanyaan ini sebagai suatu tipuan yang cerdik, untuk menciptakan
keadaan mendesak Yehiel … tentu saja Rabbi Yehiel dapat dimaafkan bila ia tidak
mengakui sesuatu yang tidak sepenuhnya dipercayainya, dalam rangka mencegah
proses tiranik yang menghadapkan budaya dari suatu agama tertentu terhadap
agama yang lain”.
Beginilah cara orang Yahudi menyanggah sampai dengan hari ini
tentang adanya nash Talmud yang mengandung ayat-ayat yang penuh dengan
kebencian. Sebuah kata tentang “kebohongan Yahudi” diplesetkan dan disulap
menjadi “dapat dimaafkan”, sementara setiap penyelidikan terhadap kitab-kitab
suci Yahudi oleh peneliti non-Yahudi dipandang sebagai “proses tiranik”.
Sementara itu serangan kaum Yahudi terhadap kitab-kitab Injil Perjanjian Baru
dan al-Qur’an tidak pernah dianggap sebagai “proses tiranik”. Hanya kritik kaum
non-Yahudi yang dianggap tiranik, sedangkan cara mempertahankan diri
bagi orang Yahudi adalah berdusta.
Betapapun banyaknya sanggahan dan kebohongan yang keluar dari ‘The
Anti-Defamation League’ (ADL – ‘Liga Anti-Penghinaan’ Yahudi) dan
dari the Wiesenthal Center, dalam buku ini dikutip nash-nash baik
dari Talmud maupun juga dari mufassir Talmud “paling terkemuka” di mata orang
Yahudi sendiri, seperti Moses Maimonides.
Pada tahun 1994 Rabbi Tzvi Marx, direktur pendidikan teknologi
terapan pada ‘Shalom Hartman Institute’ di Jerusalem, telah menulis semacam
pengakuan yang menakjubkan tentang bagaimana kaum Yahudi di masa yang silam
telah membuat dua jenis kumpulan kitab-kitab: kitab Talmud yang otentik sebagai
bahan pelajaran bagi para pemuda mereka di sekolah-sekolah (‘kollel’)
Talmud, dan sebuah lagi versi kitab Talmud yang telah “disensor dan
diamendemen” yang ditujukan bagi konsumsi para ‘goyyim’ yang tidak
mengerti apa-apa. Rabbi Marx menjelaskan bahwa versi tafsir Maimonides yang
dikeluarkan untuk konsumsi umum, tertulis misalnya, “Barangsiapa
membunuh seorang manusia, ia telah melanggar hukum”. Tetapi Rabbi Marx
menyatakan, nash yang aseli berbunyi, “Barangsiapa membunuh seorang
Israeli”.
Laporan Heshronot Ha-sash menjadi sangat berharga bagi kita,
karena buku ini menyusun suatu daftar panjang ayat-ayat Talmud yang diubah atau
dihilangkan, dan daftar ayat-ayat yang dipalsukan dewasa ini, yang dibuat untuk
konsumsi kaum ‘goyyim’ seolah-olah ayat-ayat itulah yang otentik. Popper
menjelaskan: “Tidak selalu yang disensor itu ayat-ayat yang panjang, tetapi
acapkali satu kata pun dihapus. … Acapkali dalam hal seperti itu digunakan
dalam rangka penghapusan dan penggantian”.
Sebagai contoh penterjamah versi Talmud dalam bahasa Inggris
terbitan Soncino menterjemahkan kata Ibrani ‘goyyim’ dengan sejumlah
kata ganti samaran seperti, “kafir, Cuthean, Mesir, penyembah berhala”,
dan sebagainya. Tetapi sebenarnya kata-ganti ini merujuk kepada kata-aseli ‘goyyim’
(semua yang non-Yahudi). Pada catatan-kaki no. 5 Talmud pada edisi Soncino
dijelaskan bahwa, “Istilah orang Cuthea (Samaritan) disini adalah untuk
menggantikan kata-aseli ‘goyyim’ … “
Hal itu merupakan praktek disinformasi yang lazim dipakai oleh kaum
Farisi untuk menyangkal adanya ayat-ayat yang rasialistik di dalam Talmud yang
telah diungkapkan terdahulu dalam buku ini, dalam rangka mengklaim bahwa
ayat-ayat itu adalah “karangan dari orang-orang yang anti-Semit”.[24]
, antara
lain The Babylonian Talmud online Talmud versi
Soncino[25]
yang dengan editor Rabbi Dr. Isidore Epstein of Jews’ College,
London.
Bandingkan penjelasan Seder ZERAIM (זרעים),
MOED (מועד), NASCHIM (נשים ), NEZIKIN (נזיקין), KODASCHIM (קדשים), TOHOROTH (טהרות) oleh Rev. I. B. Pranaitis (Roman Catholic Priest) dalam buku
The Talmud Unmasked, The Secret Rabbinical Teachings Concering Christians
Pada tahun 1994, Lady Jane Birdwood (80th menerbitkan sebuah
pamflet berjudul ‘The Longest Hatred’ (‘Kebencian yang Paling Lama’),
berisi seluruh pernyataan kebencian di dalam Talmud yang diangkatnya dari
ayat-ayat yang berisi kebencian kepada kaum ‘goyyim’ dan Kristen), namun
ia ditangkap dan diadili di depan pengadilan pidana di London, hanya karena
sepanjang peradilan yang dituduhkan terhadapnya sebagai suatu kejahatan (yang
tidak mendapatkan perhatian dari media massa, seorang rabbi diundang
sebagai saksi ahli). Rabbi itu menyanggah sepenuhnya bahwa kitab Talmud berisi
ayat-ayat yang mengundang kebencian kepada kaum ‘goyyim’ dan Kristen,
dan hanya karena kedudukan dan prestise rabbi tersebut, wanita itu
dijatuhi hukuman “tiga bulan kurungan penjara dan denda $1,000.-”.
Dr. Israel Shahak dalam bukunya berjudul ‘Jewish History and
Jewish Religion’, pada bab tentang Jesus di dalam Talmud, menegaskan adanya
ayat-ayat yang menganjurkan kebencian dan rasisme di dalam Talmud. Mereka yang
menyangkal kenyataan ini adalah pembohong besar.
Tanggapan Dunia ‘Judeo-Kristen’ terhadap Talmud
Dewasa ini ada persekongkolan yang kuat antara dunia Kristen dan
Yahudi. Anehnya tidak ada, bahkan tidak pernah ada, para Paus Katolik serta
tokoh-tokoh gereja Protestan di era modern ini yang menyerang atau mengecam
ajaran rasisme di Talmud, atau kebencian mendarah mendaging terhadap Kristen
dan kaum ‘goyyim’ (muslim, dan lain-lain) yang diajarkannya. Sebaliknya
pada pimpinan gereja Kristen, baik Katholik maupun Protestan, malah dewasa ini
menganjurkan kepada para pengikut Jesus Kristus untuk mentaati, menghormati,
bahkan membantu pengikut Talmud. Oleh karena itu kesimpulan kita tidak lain,
para pemimpin gereja Katholik dan Protestan dewasa ini sebenarnya adalah
pengkhianat paling nyata terhadap Jesus Kristus (Nabi Isa a.s.) di muka bumi
dewasa ini (periksa Perjanjian Baru Matius 23: 13 –15; I Thessalonika 2: 14-16;
Titus 1: 14; Lukas 3: 8-9; dan Kitab Wahyu 3: 9).
Kaum Non-Yahudi adalah ‘Sampah’
Semua orang non-Yahudi dari segala ras dan agama apa pun menurut
Talmud adalah ‘super-sampah’, begitu menurut pendiri Habad Lubavitch,
Rabbi Shneur Zalman. Analisanya ditemukan di dalam majalah Yahudi ‘The New
Republic’, yang dalam analisisnya menyatakan bahwa, “ … ada ironi besar
dalam pandangan universalisme messianik yang baru pada gerakan Habad khususnya
pandangannya tentang kaum ‘goyyim’, yakni pernyataan Habad yang tanpa tedeng
aling-aling berisi penghinaan bernada rasial terhadap kaum ‘goyyim’. …
berdasarkan pendapat para theolog Yahudi pada abad pertengahan – terutama
sekali pemikiran penyair dan filosuf Judah Ha-Levi pada abad keduabelas di
Spanyol, dan tokoh mistik Yahudi Judah Loewe pada abad keenambelas di Praha –
mereka mencari ketetapan mengenai keunggulan kaum Yahudi berdasarkan ras dan
bukannya pada keunggulan kerohanian … menurut pandangan mereka, secara mendasar
kaum Yahudi itu lebih unggul atas ras mana pun, dan mengenai hal itu ditegaskan
berulangkali dalam bentuk yang sangat ekstrim oleh Shneur Zalman dari Lyadi.
Pendiri Lubavitcher.
Hasidisme itu mengajarkan, bahwa ada perbedaan hakiki antara jiwa
orang Yahudi dengan jiwa kaum ‘goyyim’, bahwasanya hanyalah jiwa orang Yahudi
yang di dalamnya terdapat dan memancarkan cahaya kehidupan ilahiyah. Sedangkan
pada jiwa kaum ‘goyyim’ “, Zalman selanjutnya menyatakan, “sama sekali
berbeda, karena terciptanya memang lebih inferior. Jiwa mereka sepenuhnya
jahat, tanpa mungkin diselamatkan dengan cara apa pun.”
Akibat rujukan tentang kaum ‘goyyim’ menurut ajaran Rabbi
Shneur Zalman, tanpa kecuali menyebabkan adanya penyakit dalam jiwa mereka.
Dzat darimana jiwa kaum ‘goyyim’ terbuat penuh dengan “sampah” rohani.
Itulah sebabnya mengapa jumlah mereka lebih banyak daripada kaum Yahudi, karena
jumlah gabah lebih banyak daripada berasnya. Semua kaum Yahudi secara hakiki
baik, dan semua kaum ‘goyyim’ secara hakiki jahat.
“Karakterisasi kaum ‘goyyim’ yang dinyatakan secara hakiki
jahat, dan dari segi kerohanian maupun biologis lebih inferior daripada kaum
Yahudi, belum pernah diralat dalam ajaran Habad masa kini”.
Syari’at Yahudi Menuntut bahwa Kaum Kristen Wajib Dihukum Mati
Para ulama Taurat menetapkan, bahwa, “Taurat mewajibkan bahwa
ummat yang benar akan mendapatkan tempatnya di Hari Kemudian. Tetapi, tidak
semua kaum ‘goyyim’ akan memperoleh kehidupan yang abadi meskipun mereka taat
dan berlaku shaleh menurut agama mereka … Dan meskipun kaum Kristen pada umumnya
menerima Kitab Perjanjian Lama Ibrani sebagai kitab yang diwahyukan dari Tuhan,
namun mereka (disebabkan adanya kepercayaan pada apa yang disebut mereka
ketuhanan pada Jesus) sebenarnya kaum Kristen adalah penyembah berhala menurut
Taurat, oleh karena itu patut dihukum mati, dan mereka kaum Kristen itu sudah
dipastikan tidak akan memperoleh ampunan di Hari Kemudian.”
Takhayul Kaum Yahudi
Bukanlah mengada-ada bila edisi Talmud Babilonia dipandang
sebagai kitab suci Yahudi yang paling otoritatif. Karena orang Kristen
terperdaya oleh para pengkhotbah Yahudi, maka para Paus kian hari kian percaya
dan meminta fatwa kepada rabbi Yahudi sebagai “nara-sumber yang shahih” untuk
mendapatkan keterangan bila berkaitan dengan kitab Perjanjian Lama, yang tanpa
mereka sadari berkonsultasi dengan para okultis (juru-ramal).
Yudaisme adalah agama kaum Farisi dan para pendeta Babilonia, yang
menjadi sumber ajaran Talmud dan Qabala, yang di kemudian hari membentuk agama
Yudaisme. Kitab suci Yudaisme Orthodoks lainnya, seperti ‘Kabbalah’,
isinya penuh dengan ajaran tentang astrologi, ramal meramal, gematria,
nekromansi (sihir), dan demonologi (ilmu hitam).
Jika seorang Yahudi ingin bertaubat ia cukup mengangkat seekor
ayam, membaca mantera untuk keperluan itu, dan mengibas-kibaskannya di
atas kepalanya untuk memindahkan dosa-dosanya kepada ayam tersebut. Yang dapat
kita katakan mengenai hal ini tidak lain adalah takhayul dalam arti yang
sebenar-benarnya. Selanjutnya lambang Israel yang mereka sebut sebagai “bintang
Nabi Daud” sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Nabi Daud a.s. Bintang
itu adalah hexagram (bersudut enam) supra-natural, yang melambangkan yantra
dari androgen (kelenjar yang memberikan karakteristik pada kaum laki-laki),
yang dihubungkan dengan para Khazar Bohemia pada abad ke-14.
Penyesatan publik dengan penggunaan nama “negara Israel”
yang didirikan pada tahun 1948, merupakan buah hasil persekongkolan antara kaum
Bolshevik Yahudi dengan kaum Zionis yang atheis; nama itu tidak ada
sangkut-pautnya dengan kelanjutan kerajaan Nabi Daud, tetapi dikukuhkan melalui
pengakuan pertama di PBB yang diberikan oleh diktator komunis Uni Sovyet Joseph
Stalin.
Kaum Kristen akan lebih terbuka matanya bila berkunjung ke
komunitas Yahudi Hasidik menonton acara ‘Purim’, dimana sebuah patung
serupa Halloween meloncat-loncat (seperti ‘jailangkung’). Meskipun upacara ‘Purim’
itu merujuk kepada Kitab Esther yang disebutkan sebagai nash dasarnya,
dalam prakteknya upacara ‘Purim’ tidak lain adalah sebuah tradisi kaum
kafir Bacchan.[29]
Para rabbi orthodoks menggunakan kutukan, mantra, imej, dan
sebagainya, yang mereka anggap lebih besar kuasanya dari kuasa Tuhan. Kesesatan
itu mereka ambil dari ajaran Sefer Yezriah, (sebuah buku tentang ilmu
sihir kaum Qabalis). Kaum non-Yahudi dapat menyaksikan ulangan perilaku
paganisme Babilonia kuno setiap kali mereka mengamati ritual para rabbi agama
Yudaisme.[30]
Dengan mengetahui ajaran Talmud yang menjadi dasar konstitusi,
prinsip, dan arah kebijakan negara dan pemerintah Israel, mudah dipahami mengapa
negara Israel sangat arogan dengan kebuasan yang melebihi Nazi Jerman.
Doktrin
Perang Israel Dalam Talmud
Dalam
bukunya yang menggetarkan “From Beirut to Jerusalem” (Kualalumpur, 2002),
Dokter warga London kelahiran Malaysia Ang Swee Chai menulis:
“Lebanon
dan Beirut adalah nama-nama asing bagiku. Sedangkan Israel sebaliknya. Gereja
telah mengajarkanku bahwa anak-cucu bangsa Israel adalah anak-anak pilihan
Tuhan. Teman-temanku sesama Kristiani mengatakan bahwa berkumpulnya orang-orang
Yahudi dari seluruh penjuru dunia di Negeri Israel adalah pemenuhan janji Tuhan
yang terdapat dalam pengabaran-pengabaran di Kitab Injil. ”
“Aku
berpihak pada Israel untuk alasan lain, ” lanjutnya, “Di London, aku
menghabiskan waktu berjam-jam menonton acara teve yang menyiarkan penderitaan
luar biasa orang-orang Yahudi di tangan Nazi. …Penciptaan Negara Israel, yang
memberi semua orang Yahudi sebuah rumah yang membuat mereka terbebas dari
penganiayaan dan siksaan, menurutku adalah suatu tindak keadilan—bahkan suatu
keadilan dari Tuhan. ”
Namun
pandangan dokter Ang berbalik seratus delapanpuluh derajat ketika lewat layar
kaca dirinya menyaksikan kebrutalan yang dilakukan tentara Israel terhadap para
pengungsi Palestina di Lebanon.
“Ini
benar-benar membuatku marah. Aku tidak bisa memahami mengapa Israel melakukan
hal demikian. … Dalam Kitab Perjanjian Lama, raksasa Goliath adalah termasuk
orang Filistin penakluk yang meneror lawan-lawannya. Kisah David dan Goliath
menjadi salah satu kisah kesukaanku. Pada anak-anak kecil aku suka sekali
bercerita bagaimana si kecil David bisa mengalahkan si raksasa Goliath,” tulis Dokter Ang
yang sosok tubuhnya sendiri sangat mungil, tingginya hanya 150 sentimeter.
“Meski
demikian, dari ulasan teve yang selalu kulihat, tampaknya Israel telah berubah
menjadi Goliath; seorang raksasa yang angkuh yang membawa kehancuran, teror,
dan kematian kepada saudaranya, Lebanon. …Mengebom orang-orang sipil, dan
banyak dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, adalah cara pengecut dalam
perang. Apakah Tuhan telah berpaling dari Lebanon?”
Dokter
Ang kemudian menulis betapa sedih dirinya menyaksikan kebiadaban yang
dipertontonkan ‘bangsa terpilih’ tersebut. “Pertama karena mereka telah
disakiti oleh Israel, kedua karena aku seorang Kristen, dan ketiga aku adalah
dokter. Aku sama sekali tak habis pikir betapa Israel tega menjatuhkan bom-bom
fosfor ke tengah penduduk sipil di dalam kota yang sangat padat tersebut. ”
Tidak
Sekadar Membunuh
Penderitaan
bangsa Palestina dan Lebanon membuat Dokter Ang berangkat ke Beirut sebagai
dokter sukarelawan. Di hari-hari pertama di Lebanon, Dokter Ang telah menjumpai
banyak fakta bahwa di wilayah ini Israel telah melakukan semacam uji coba
berbagai macam bom-bom terbaru buatan mereka.
Beberapa
bom mutakhir Israel tersebut antara lain: Implosion bomb atau vacuum bomb yang
dijatuhkan dari udara dan ketika meledak mampu menghisap satu blok bangunan
sepuluh lantai ke dalam tanah hanya dalam beberapa detik, membuatnya menjadi
tumpukan beton dan mengubur seluruh penghuninya hidup-hidup.
Selain
itu ada lagi fragmentation bomb atau cluster bomb, yang juga dijatuhkan dari
pesawat tempur. Beberapa puluh meter di atas udara, cluster bomb yang awalnya
terlihat hanya satu akan memecah diri menjadi ratusan bola-bola besi kecil
seukuran bola tenis dan menyebar dalam radius ratusan meter persegi. Bom-bom
kecil ini tidak segera meledak dan tergeletak di dalam tanah. Jika seorang anak
kecil mengutak-atiknya karena dikiranya sebuah mainan, maka bom ini akan
meledak dan membunuh atau merusak bagian tubuh di anak tersebut. Bom ini
biasanya sengaja dijatuhkan di lokasi padat penduduk.
Lalu
ada fosfor bomb yang bersifat membakar. “Zat fosfornya menempel di kulit,
paru-paru, dan usus para korban selama bertahun-tahun, terus membakar dan
menghanguskan serta menyebabkan nyeri berkepanjangan. Para korban bom ini akan
mengeluarkan gas fosfor hingga nafas terakhir, ” ujar Doker Ang.
Dalam
bukunya, dokter yang bersuamikan seorang warga Inggris ini mengatakan bahwa
Israel jelas tidak ingin sekadar membunuh musuh-musuhnya namun juga ingin
membuat musuh-musuhnya menderita berkepanjangan sebelum menemui ajal.
Pembantaian
Sabra-Shatila
Sabra-Shatila
adalah nama dua buah kamp pengungsian Palestina di wilayah Beirut Barat yang
letaknya berhimpitan. Selain Sabra-Shatila, ada pula kamp pengungsi Mar Elias,
Bour el-Brajneh, dan sebagainya.
Seperti
layaknya kamp-kamp pengungsian Palestina lainnya, kamp pengungsian
Sabra-Shatila yang luasnya tidak begitu besar dihuni oleh ribuan warga
Palestina. Mereka tinggal di dalam kamar-kamar sempit dan kumuh di mana
fasilitas sanitasi dan kesehatan sangat tidak layak.
Beberapa
pekan bertugas di Beirut, untuk menghentikan serangan membabi-buta yang
dilakukan Israel, para pejuang Palestina akhirnya dievakuasi keluar dari Beirut
diangkut dengan kapal-kapal laut di bawah kawalan Perancis dan Italia. PBB
Mengirim sejumlah pasukan penjaga perdamaian. Sebab itu, Israel kemudian
menghentikan serangannya, setidaknya untuk sementara waktu. Ini terjadi
beberapa saat mendekati September 1982.
Di
Beirut, orang-orang keluar dari tempat perlindungan dan membersihkan semua
puing-puing dan jalanan. Harapan hidup kembali bersinar di mata-mata mereka.
Bukan itu saja, sesuai permintaan PBB, para ibu-ibu Palestina juga menyerahkan
semua senjata api yang tadinya disimpan di dalam rumah sebagai alat penjagaan
diri kepada lembaga internasional.
“Harapan
akan perdamaian terlihat di mata mereka. Para ibu-ibu Palestina menyerahkan
semua senjata yang mereka miliki. Mereka mulai membersihkan jalan dan
puing-puing rumahnya. Anak-anak kecil mulai bisa berlarian, bermain di
jalan-jalan yang masih terlihat kotor oleh puing-puing yang disingkirkan ke
pinggirnya. Mereka sangat yakin bahwa kehidupan akan pulih seperti sedia kala,
”
ujar Dokter Ang.
Namun
apa yang terjadi sungguh di luar dugaan. Setelah jalan-jalan bersih dari
tumpukan karung-karung berisi pasir, bersih dari beton-beton dan batu-batu yang
tadinya sengaja dipasang sebagai barikade, setelah keluarga-keluarga Palestina
di kamp pengungsian tidak lagi memiliki senjata, maka suatu malam, 14 September
1982, sebuah ledakan besar terdengar di seantero Lebanon. Calon Presiden
Lebanon dari kalangan Kristen, Bashir Gemayel terbunuh.
Esok
paginya, saat hari masih gelap, udara Lebanon dipenuhi gelegar raungan
pesawat-pesawat tempur Israel. Burung-burung besi itu secara royal menjatuhkan
bom-bom yang kembali melantakkan Beirut.
Bumi
tempat Dokter Ang Swee Chai berpijak dirasakan bergetar oleh deru ratusan tank
Merkava milik Israel yang berkonvoi masuk Beirut dan mengepung kamp pengungsian
Sabra-Shatila. Tank-tank ini diikuti oleh tentara infanteri Israel dan sekutu
mereka, Milisi Phalangis, yang terdiri dari orang-orang Kristen Lebanon
bersenjata yang memang dekat dengan kaum Yahudi.
Kamp-kamp
pengungsian yang waktu itu hanya dihuni oleh kaum wanita, jompo, dan anak-anak
kecil serta bayi, karena para pejuang Palestina yang terdiri dari laki-laki
muda telah pergi, kembali senyap. Mereka kembali masuk kembali ke
rumah-rumahnya yang telah hancur dan mengunci diri di dalamnya. Kepungan yang
dilakukan tank-tank dan tentara Israel sangat rapat sehingga seekor kucing pun
tak akan bisa meloloskan diri.
Dokter
Ang Swee Chai pagi hari segera menuju Rumah Sakit Gaza yang terletak tidak jauh
dari kamp pengungsian Sabra-Shatila. Sepanjang hari Beirut Barat dihujani bom
yang dimuntahkan dari tank dan pesawat pembom.
“Pukul
empat kurang lima belas menit di sore hari, zona pengeboman telah mendekati
jarak tiga perempat kilometer dari rumah sakit, orang-orang yang berusaha
meninggalkan kamp telah kembali dan mengatakan jika semua jalan yang mengarah
ke kamp telah diblokir oleh tank-tank Israel, ” tulis Dokter Ang.
Tidak
sampai sejam kemudian, tentara Israel menyerbu Rumah Sakit Akka dan menembak
mati para perawat, dokter, dan seluruh pasien. Seluruh perempuan di rumah sakit
tersebut diketahui diperkosa dahulu sebelum dibunuh. Orang-orang yang berada di
sekitar rumah sakit berlarian ke sana kemari mencari tempat yang dianggapnya
aman. Mereka berteriak-teriak bahwa tentara Israel mengejar mereka dengan tank.
Ketika
malam tiba, suara dentuman meriam dan ledakan besar tidak lagi terdengar, hanya
saja rentetan senapan mesin masih berlangsung sepanjang malam. Langit di atas
kamp Sabra-Shatila terang benderang oleh peluru-peluru suar yang ditembakkan
oleh tank dan helikopter.
Menjelang
pagi, raungan pesawat tempur kembali terdengar disusul suara ledakan keras di
sana-sini. Rentetan tembakan tidak pernah berhenti.
“Ini
membuatku bertanya-tanya apakah di kamp itu masih ada pejuang-pejuang
Palestina?”
tanya Dokter Ang keheranan karena ia tahu betul bahwa tidak ada seorang pejuang
Palestina pun yang masih ada di kamp.
Ketika
hari mulai siang, Dokter Ang kedatangan banyak sekali perempuan-perempuan
Palestina yang terluka tembak. Dari mereka Doker Ang mengetahui jika tentara
Israel mengawal anggota-anggota milisi Kristen Phalangis untuk membantai
orang-orang Palestina di kamp Sabra-Shatila.
Dalam
bukunya, Dokter Ang yang menjadi salah satu saksi mata tragedi pembantaian kamp
Sabra-Shatila menulis, “Tentara-tentara Israel dan sekutunya itu merangsek
ke rumah-rumah dan gang-gang kecil sambil menembakkan senjata mereka dengan
royal. Granat dan dinamit mereka lemparkan ke jendela-jendela rumah yang penuh
berisi orang. Para perempuan banyak yang diperkosa sebelum dibunuh. Para bayi
Palestina diremukkan tulang-tulang dan kepalanya sebelum dibunuh. Banyak
anak-anak kecil dilempar ke dalam api yang menyala-nyala, yang lain tangan dan
kakinya dipatahkan oleh popor senjata. Untuk pertama kalinya, aku menangis di
sini. ”
Sejarah
mencatat, pembantaian Sabra Shatila merupakan genosida paling berdarah. Hanya
dalam waktu tiga hari, tidak kurang dari 3.297 orang Palestina—kebanyakan para
perempuan dan anak kecil, bahkan bayi-bayi—menemui ajal dengan cara yang amat
mengerikan. Anehnya, PBB dan dunia internasional tidak mengecam tragedi besar
ini. Media Barat pun banyak yang berupaya menutup-nutupi fakta yang terjadi.
Dan
Pembantaian di Gaza, Terjadilah....
Kesadisan
zionisme, akhirnya terjadi lagi dan mungkin entah berapa kali lagi akan
terjadi. Lebih dari 1.500 nyawa tak berdosa melayang menjadi syuhada dan
menjadi penghuni Syurga Firdaus. Inilah bukti bahwa mereka menganggap bahwa
Ghoyyim bukan manusia, yang dengan seenaknya dibantai seperti hewan. Dimanapun
berada, kita harus waspada.
Referensi:
2. "TALMUD,
Kitab Hitam Yahudi yang Menggemparkan", Prof Dr. Muhammad
asy-Syarqawi, Penerbit: SAHARA.
Deskripsi:
Ilmuwan terkenal dalam bidang kebudayaan Ibrani dan kajian tentang Talmud, Joseph Barcley, menyatakan, ''.... Sebagian teks yang ada dalam Talmud adalah ekstrim, sebagiannya lagi menjijikkan, dan sebagiannya lagi berisi kekufuran ....'' Karenanya, banyak penguasa negara (Raja dan Kaisar) dan penguasa agama (Paus) di Eropa mengharamkan beredarnya kitab ini. Jauh sebelum pena-pena para intelektual dan sejarawan dunia menggores sebelum para intelektual kawakan dunia melakukan analisa dan penelitian, Al-Quran dan Sunnah telah memaparkan bukti-bukti yang menjelaskan bahwa para rabbi Yahudi telah mengubah dan menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang sangat murah. Bahkan, mereka telah membuat sebuah kitab suci sendiri yang sangat jauh dari akal sehat sebagai tandingan bagi kitab Taurat. Itulah kitab Talmud, ayat-ayat hitam kaum yahudi yang paling berbahaya bagi manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan. Buku ini secara gamblang membahas teks-teks Talmud dan membandingkannya dengan ajaran Kitab Perjanjian Lama (Taurat) serta Al-Qur'an. Buku ini akan membuktikan betapa kaum Yahudi memusuhi Kristen, khususnya, dan bangsa non-Yahudi (Goim), umumnya. Talmud bukan hanya ancaman bagi semua bangsa dan agama Goim, tapi sekaligus juga ancaman bagi kemanusiaan. Talmud meletakkan derajat Goim sama dan bahkan lebih rendah dari binatang. Penulisan buku ini tidak hanya melibatkan para penulis Muslim seperti: Samuel ibn Yahya al-Maghribi, Ibnu Hazm al-Andalusi, dan para penulis kontemporer lainnya, bahkan ia lebih dominan merujuk pada buku intelektual non-Muslim dan para mantan rabbi Yahudi berupa terjemahan teks Talmud sendiri dari bahasa Ibrani, seperti: DR. August Rohling, Pendeta LB. Branaites, Naphithius (Mantan Rabbi), Yusuf Abul Afiyah (Mantan Rabbi), dan masih banyak lainnya.
Ilmuwan terkenal dalam bidang kebudayaan Ibrani dan kajian tentang Talmud, Joseph Barcley, menyatakan, ''.... Sebagian teks yang ada dalam Talmud adalah ekstrim, sebagiannya lagi menjijikkan, dan sebagiannya lagi berisi kekufuran ....'' Karenanya, banyak penguasa negara (Raja dan Kaisar) dan penguasa agama (Paus) di Eropa mengharamkan beredarnya kitab ini. Jauh sebelum pena-pena para intelektual dan sejarawan dunia menggores sebelum para intelektual kawakan dunia melakukan analisa dan penelitian, Al-Quran dan Sunnah telah memaparkan bukti-bukti yang menjelaskan bahwa para rabbi Yahudi telah mengubah dan menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang sangat murah. Bahkan, mereka telah membuat sebuah kitab suci sendiri yang sangat jauh dari akal sehat sebagai tandingan bagi kitab Taurat. Itulah kitab Talmud, ayat-ayat hitam kaum yahudi yang paling berbahaya bagi manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan. Buku ini secara gamblang membahas teks-teks Talmud dan membandingkannya dengan ajaran Kitab Perjanjian Lama (Taurat) serta Al-Qur'an. Buku ini akan membuktikan betapa kaum Yahudi memusuhi Kristen, khususnya, dan bangsa non-Yahudi (Goim), umumnya. Talmud bukan hanya ancaman bagi semua bangsa dan agama Goim, tapi sekaligus juga ancaman bagi kemanusiaan. Talmud meletakkan derajat Goim sama dan bahkan lebih rendah dari binatang. Penulisan buku ini tidak hanya melibatkan para penulis Muslim seperti: Samuel ibn Yahya al-Maghribi, Ibnu Hazm al-Andalusi, dan para penulis kontemporer lainnya, bahkan ia lebih dominan merujuk pada buku intelektual non-Muslim dan para mantan rabbi Yahudi berupa terjemahan teks Talmud sendiri dari bahasa Ibrani, seperti: DR. August Rohling, Pendeta LB. Branaites, Naphithius (Mantan Rabbi), Yusuf Abul Afiyah (Mantan Rabbi), dan masih banyak lainnya.
3.
Z.A. Maulani.
Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia, Cetakan Kedua, 2002 Penerbit Daseta,
(Edisi Laris, Kompas, 8 Juli 2002)
Leave a Comment