RINTIHAN HATI SEORANG SAHABAT


Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah. Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita kasih sayang yang berlimpah dengan nikmat, tidak dapat dihitung dengan rupiah maupun dollar. Shalawat ber-iringkan salam yang penuh dengan cinta kepada Messenger Allah, Rasulullah Shalalahu ‘Alaihi Wa Salam. Beliau telah menyampaikan risalah Allah yang dapat kita rasakan pada saat ini dengan begitu baik dan sempurna. Dan bagi orang-orang yang selalu dalam kebenaran, dan menjaga dirinya dari kecurangan, yang belajar dengan pemahaman salaful saleh berdasarkan konsep perawian tafsir yang jelas dari Rasulullah, Sahabat dan Tabi’in semoga Allah menjaga sahabat, dan terus membagi ilmu Allah dengan semangat… Allahu Akbar…

Saya yang sangat senang dengan artikel Konspirasi dan Zaman Pembodohan/Penipuan (Era Dajjal). Ketika saya mengacak-acak blog seorang sahabat, saya menemukan sebuat Hadits yang begitu menarik perhatian saya. Hadits tersebut begitu santun dan penuh dengan hikayat yang tersirat disetiap inci bahasanya. Menurut saya, hadits ini menggambarkan sebuah keadaan dimana banyak terjadi kecurangan, pembodohan, penipuan dan konspirasi. Jadi, Hadits tersebut mengisahkan tentang zaman sekarang.

Hadits yang berbunyi:

Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdul Malik bin Qudamah al-Jumahi menuturkan kepada kami dari Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [1887] as-Syamilah).


Penjelasan tentang hadits diatas bersumber dari www.muslim.or.id

1.      Peringatan akan bahaya berbicara tanpa landasan ilmu. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, itu semua akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. al-Israa’ : 36). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Hai umat manusia, makanlah sebagian yang ada di bumi ini yang halal dan baik, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata bagi kalian. Sesungguhnya dia hanya akan menyuuh kalian kepada perbuatan dosa dan kekejian, dan agar kalian berkata-kata atas nama Allah dalam sesuatu yang tidak kalian ketahui ilmunya.” (QS. al-Baqarah : 168-169). Maka barangsiapa yang gemar berbicara mengatasnamakan agama tanpa ilmu, sesungguhnya dia adalah antek-antek Syaitan, bukan Hizbullah dan bukan pula pembela keadilan atau penegak Syari’at Islam!

2.  Hadits ini menunjukkan pentingnya kejujuran dan mengandung peringatan dari bahaya kedustaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wajib atas kalian untuk bersikap jujur, karena kejujuran akan menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menuntun ke surga. Apabila seseorang terus menerus bersikap jujur dan berjuang keras untuk senantiasa jujur maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai orang yang shiddiq. Dan jauhilah kedustaan, karena kedustaan itu akan menyeret kepada kefajiran, dan kefajiran akan menjerumuskan ke dalam neraka. Apabila seseorang terus menerus berdusta dan mempertahankan kedustaannya maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu).

3.      Hadits ini juga menunjukkan pentingnya menjaga amanah dan memperingatkan dari bahaya mengkhianati amanah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah datangnya hari kiamat.” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana amanah itu disia-siakan?”. Maka beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah kiamatnya.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Tidak lengkap iman pada diri orang yang tidak memiliki sifat amanah.” (HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, dihasankan al-Albani dalam Takhrij Misykat al-Mashabih [35] as-Syamilah)

4.      Hadits ini menunjukkan bahwa jalan keluar ketika menghadapi situasi kacau semacam itu adalah dengan kembali kepada ilmu dan ulama. Yang dimaksud ilmu adalah al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman salafus shalih. Dan yang dimaksud ulama adalah ahli ilmu yang mengikuti perjalanan Nabi dan para sahabat dalam hal ilmu, amal, dakwah, maupun jihad.

Pernahkah kita berfikir untuk menegakkan Dienul Islam? Jikalau orang-orang yang berusaha menegakkan panji-panji Allah SWT, kita slogan dengan istilah TERORIS. Atau adakah dalam hati kita usaha untuk menegakkan Agama yang dimuliakan Allah? Apakah cuma sebatas dengan mendirikan sekolah-sekolah Agamis yang notabene menggunakan kurrikulum yang dibatasi pemerintah, kita sudah merasa cukup? Pernahkah kita dipacu dalam sekolah-sekolah yang banyak didirikan pemerintah baik bersifat agamis atau non agamis, yang mendukung para pencari kebenaran? Ataukah cuma sebuah sabotase untuk pengalihan pola fikir kita kearah yang berbeda dari kebenaran?

Adapun pandangan Rasulullah SAW. dalam haditsnya tentang hadits riwayat Ibnu Hajar diatas dan ilmu:

Nabi juga  bersabda:
" Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari manusia, akan tetapi dengan mewafatkan para ulama, sehingga bila Allah tidak lagi menyisakan seorang ulama, manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai pimpinan mereka, mereka pun ditanya lalu mereka berfatiwa tanpa ilmu sehingga mereka sesat dan menyesatkan." [shahih, HR Bukhari dan Muslim dari shohabat Abdullah Ibn Amr -rodliallohu anhu- ]

Adapun pengalaman saya yang sudah berjalan selama 3 tahun lebih untuk belajar dan memahami Islam lebih dalam disebuah pengajian terhenti, ketika pembahasan seputar firqah membuka gerbang kenistaan sebuah doktrin sesat yang diajarkan kepada saya. Dan takkala membuat saya sedih pada saat ini adalah kebingungan saya untuk mencari makna kebenaran yang sesungguhnya dari Allah SWT. Kebimbangan saya sudah menghentikan langkah saya untuk berjuang, akan tetapi saya akan terus berusaha untuk menjadi apa yang saya yakin dihari ini.

Dari artikel ini, saya bermaksud membagikan penggalan kisah hidup seorang sahabat yang telah mengajari saya selama 3 tahun terakhir dalam pengajian tersebut. Yang pada akhirnya dia juga yang membuka fikiran saya untuk meninggalkan pengajian yang dulu kami belajar didalamnya.

Adapun rintihan hati seorang sahabat yang di doktrin selama 16 tahun dan dikuras tenaganya demi sebuah kebohongan dapat anda baca DISINI

saya minta maaf jika banyak kekurangan dikarenakan saya orang yang masih dalam pembelajaran... terima kasih.

Di Posting Oleh : ilyaz

No comments

Powered by Blogger.